Sejak berdirinya PSSI 19 April 1930, baru kali ini Indonesia meraih gelar juara dunia di salah satu turnamen FIFA.
Gothia Cup adalah kejuaraan dunia junior terbesar di dunia, yang sudah berlangsung sejak tahun 1975 di Gothenborg Swedia. Acara ini sejak dimulainya memang sudah sangat spektakuler karena selain menjadi ajang kompetisi junior, acara ini mengembang misi persahabatan sedunia. Pada ajang pertamanya, dihadiri 275 tim dari 5 negara yang memainkan 700 pertandingan di 16 lapangan rumput eksotik di Valhalla, surga Odin All Father bangsa Viking. Zlatan Ibrahimovic dan Alan Shearer adalah contoh pemain dunia alumni kejuaraan ini. Pada tahun 2016 ini berkumpul 1709 tim dari 80 negara yang memainkan 4170 pertandingan di lebih dari 100 lapangan!
Gothia Cup adalah kejuaraan dunia junior terbuka dari umur 11 sampai 18 tahun. Peserta bisa berasal dari klub yang tergabung dalam asosiasi sepakbola yang berafiliasi ke FIFA atau tim yang berafiliasi dengan sekolah sepakbola (SSB). Segera setelah Indonesia terbebas dari sangsi FIFA 13 Mei 2016, sejumlah sekolah sepakbola membentuk tim, yang kemudian dengan dukungan beberapa sponsor berhasil menseleksi banyak pemain dan membentuk 6 tim di kelompok umur (KU ) 13,14,15 dan 16 tahun.
Indonesia ASIOP (Akademi Sepakbola Intinusa Olah Prima) Apacinti adalah tim yang ikut di U-15. Sebelum bertarung di Gothenborg, tim ini sudah bersiap dengan mengikuti liga Kompas di Indonesia dan melakukan ujicoba pertandingan di Oslo Norwegia
“Saya bilang ke anak-anak kita tidak punya target tapi bermainlah sebaik mungkin” (Benny Soetrisno, pendiri dan pembina ASIOP Apacinti).
Kelompok U-15 diikuti 229 klub dari 36 negara. Pada babak penyisihan, para peserta dibagi menjadi 55 grup, dimana Indonesia tergabung pada Grup 21 bersama dua klub Swedia Ahus Horna BK dan Gerdskens BK dan satu klub Jerman, SC Nienstedsen. Tim Indonesia berangkat ke Gothenborg melalui Oslo, dengan sambutan yang hangat dari duta besar Indonesia dan staff serta warga Indonesia di negara Viking tersebut. Pada acara pembukaan, tim memakai pakaian tradisional Indonesia.
Senin, 18 Juli 2016 pukul 17.30, pertandingan pertama Indonesia melawan Ahus Horna BK di Kviberg 25 Oester. Belum 3 menit, Dennish Diaz Himawan sudah mencetak gol pertama Indonesia dan astaga….menyusul 10 gol lagi. 11 – 0 untuk Indonesia…Egy Maulana Vikri mencetak penttrik…Luar biasa….Pernah tim senior kita buat skor sebesar itu???
Berikutnya Gerdskens BK dibantai 1 – 4, dan SC Nienstedsen disikat 0 – 3, dan Indonesia menjadi juara grup 21 dan maju ke babak playoff. Selanjutnya Tim Indonesia berlaku seperti tim Magnificient Magyar Hongaria di Piala Dunia 1954. Berturut-turut AFK Linkoping Vit Swedia dibabat 5 – 0, lalu Mossens BK Swedia 4 – 1, Skara FC 3 – 0, Oppsal IF Norwegia 5 – 1, dan PFC Botev Bulgaria 5 – 3 dan sampailah Indonesia ke semifinal.
Lawan di semifinal adalah tim Jepang yang diwakili oleh JL Juniors di Overasvallen, sebuah klub yang terkenal kuat , karena tim ini adalah kumpulan pemain binaan klub besar di Jepang. Biasanya setiap Indonesia bertanding, hanya dalam waktu 5 menit pertama sudah dapat menciptakan gol, namun kali ini dalam babak pertama hanya memberi hasil kacamata. 8 menit memasuki babak kedua, sang top skor Indonesia Egy Maulana Vikri menjebol gawang JL Junior, namun 4 menit kemudian Yusuke Aoki berhasil membalas. Pertarungan menjadi seru dan menegangkan…namun 4 menit sebelum bubar Vikri berhasil menjebol lagi gawang JL Junior 2 – 1….Indonesia masuk Final !!.
Gamla Ullevi Gothenborg Swedia, Sabtu, 23 Juli 2016, stadiun legendaris Swedia yang pada tahun 1958 menjadi saksi Pele dengan “Ginga Style” menjebol gawang tuan rumah, gol terindah sepanjang final Piala Dunia, dan membawa Brasil menjadi juara dunia untuk pertama kali. Di stadion inilah Indonesia menghadapi klub tuan rumah IF Elfsborg.
Cobaan datang sejak awal hari, ketika tim sampai ke halte bus untuk menuju stadion, ternyata karena Sabtu hari libur, maka schedule bis lebih lambat 20 menit dari biasanya. Karena terlambat maka official tim akhirnya berembuk untuk menentukan langkah apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. Akhirnya diputuskan bahwa tim tetap akan menunggu bus yang jadwalnya lebih lambat 20 menit dari biasanya.
Dan tentu saja bis yang ditunggu datang tepat waktu, sehingga mereka dapat segera berangkat. Halte bis tempat mereka akan turun berjarak 500 meter dari stadion, karena merasa terlambat maka akhirnya diputuskan bahwa mereka akan berlari menuju stadiun sekaligus pemanasan. Benar saja panitia sudah menunggu tim yang memang datang terlambat, sehingga tanpa basa-basi mereka langsung menuju ruang ganti.
Di masing-masing bangku sudah ada nama masing-masing pemain” Ade Prima (Direktur Tim). Walau terlambat, sejak di kamar ganti putra-putra kebanggan Indonesia sudah menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Akhirnya peluit pertandingan pun dibunyikan, dimulailah perhelatan akbar tersebut. Indonesia memulai dengan baik, bahkan saat pertandingan baru berjalan 4 menit, Firdas Hilmi mendapat peluang cantik namun tidak berhasil membuahkan gol, namun 4 menit kemudian lahirlah sebuah gol dari Indonesia yang dicetak Imam Zakiri saat memanfaatkan pantulan tendangan bebas. Kurang dari 4 menit babak pertama berakhir, gol kedua kembali tercipta dari tendangan Reyhan Syaviano, score berubah menjadi 2 – 0 untuk keunggulan Indonesia, dan bertahan sampai turun minum.
Pasukan peri tuan rumah berjuang mati-matian untuk mengejar ketinggalannya, dan memperoleh beberapa peluang namun belum melahirkan gol. 4 menit babak kedua berjalan, Egy Maulana Vikri, sang top skor, kembali menjebol gawang pasukan peri 3 – 0. Luar biasa Vikri !…26 gol…dari 13 pertandingan beruntun!, lebih hebat dari Just Fontaine yang cetak 14 gol dalam 1 piala dunia 1954, lebih hebat dari Miroslav Klose, top skor piala dunia sepanjang masa dengan 16 gol, dan juga lebih hebat dari Jairzinho, yang “cuma” mencetak 7 gol dari setiap 7 pertandingan di piala dunia tahun 1970. Tidak salah akhirnya Egy Maulana Vikri, sang anak Medan terpilih sebagai the Most Valuable Player (MVP) di kejuaraan ini….
Tuan rumah hanya mampu membalas gol hiburan di menit 10 babak kedua lewat Alexandar Ceganjac. Tuan rumah harus mengakui kegagahan Indonesia, negara ke–20 yang menjuarai FIFA International Youth Cup. Tuan rumah harus melihat Indonesia mengangkat trophy FIFA pertamanya, sama seperti tuan rumah harus melihat Brasil dan Pele di stadiun yang sama mengangkat Jules Rimet Cup untuk kali pertama 1958.
“This is incredible, fantastic. The boys played very great this tournament. We have trained three months for this, it’s a dream come true” (Ade Wellington ,Team Manager)
Selamat Datang Cahaya Sepakbola Indonesia ! Unbeatable 45 gol dari 10 pertandingan !
Belum ada tanggapan untuk "Indonesia Menjadi Juara Dunia Sepak Bola"
Posting Komentar