(By : Siti Nafidah Anshory)
Sahabat hati
Hampir 90 tahun umat hidup tanpa naungan khilafah
Selama 90 tahun pula, ramadhan demi ramadhan, berlalu seolah tanpa makna
Sungguh ada yang berbeda,
Saat ramadhan di bawah naungan khilafah, dengan ketika khilafah tiada.
Saat khilafah ada, umat hidup di bawah kepemimpinan para khalifah, yang punya komitmen kuat menjaga mereka dan agamanya
Para khalifah lah yang melayani kebutuhan2 umat berdasarkan tuntunan syariat
Menjadi penjaga sekaligus teladan dalam berbagai ketaatan dan kebaikan
Di kala itu, datangnya ramadhan selalu menjadi momentum istimewa bagi para khalifah
Tuk mengajak umat meneguhkan komitmen akan iman islam, penegakkan syariat dan persatuan hakiki di bawah satu kepemimpinan
Di bulan ini pula, para khalifah terus membangkitkan ruhul jihad di tengah umat
Hingga ramadhan ke ramadhan, sarat dengan kisah kemenangan
Itulah kenapa
Di bawah naungan khilafah, ramadhan benar-benar menginspirasi banyak karya
Ramadhan di kala itu, mampu menjadi mercusuar syiar dan motor jihad fii sabiilillah
Hingga dengannya, umat islam tampil mulia dan adidaya,
Namun, berbeda halnya saat khilafah tiada,
Di masa ini, umat hidup di bawah dominasi kepemimpinan sekuler yang alih2 peduli dengan urusan mereka
Bahkan kebanyakan pemimpinnya, bertindak bagai musuh nyata bagi rakyatnya
Atau setidaknya menjadi kawan setia menuju ke neraka
Tak bisa dipungkiri,
Bahwa tanpa khilafah, umat akhirnya tampil sebagai entitas yang terpecah belahdan terhina dina
Keburukan demi keburukan menimpa kehidupan mereka
Berbagai bencana pun tanpa henti terus melanda
Bencana politik, bencana ekonomi dan bencana moral begitu luar biasa
Saat ramadhan tiba
Sebagian umat yang telah mengalami kemunduran berpikir akibat terjauh dari agama, menjadikan bulan suci nan agung ini hanya sebatas ritual semata
Ramadhan yang sejatinya bulan perjuangan dan kesungguhan, lantas berubah menjadi bulan bermalas2an, bulan liburan bersama bahkan bulan hura-hura
Produktivitas kerja yang berkurangpun dianggap menjadi hal yang biasa
Karena shaum dan ibadah yang menyertanya, dipandang menguras energy dan menghabiskan waktu rehat mereka.
Ironisnya
Di sisi bumi yang lain, ada sekelompok umat yang harus melewati ramadhan dengan derai darah dan air mata
Bagi mereka
Tak ada saat rehat atau kegembiraan saat shaur dan berbuka sebagaimana kita
Tak ada menu pembuka dan penutup selain air putih dan makanan seadanya
Detik demi detik kehidupan mereka terus berada dalam bayangan kematian yang ditebar musuh dimana2
Musuh yang telah berhasil merampas jengkal demi jengkal tanah milik mereka yg tersisa
Merenggut satu demi satu nyawa terkasih mereka
Dan sekaligus menodai masa depan peradaban mereka
Lantas saat ramadhan yang sama, dimanakah kita?
Dimanakah hasil semua ibadah ramadhan kita?
Sungguh
kita merindukan khilafah kembali ada
Dan merindukan seorang khalifah yang mecintai dan menjaga umat sebaik2nya
Agar dengannya
ramadhan kembali menjadi sarat makna
Sebagai bulan ketaatan pada hokum Allah yang menjanjikan kebahagiaan
Dan sebagai bulan kemenangan dan pembebasan ,
yang menjadikan umat kembali beroleh kemuliaan .
Sahabat hati,
Sebagaimana janji Allah,
Saat yang didamba itu, pasti kan tiba……
Belum ada tanggapan untuk "Menanti Ramadhan Dalam Naungan Khilafah"
Posting Komentar