By : Siti Nafidah AnshorySiapa tak kenal Khaulah binti Hakim bin Tsa'labah dan Nusaibah binti Ka'ab ra?
Dua di antara wanita-wanita mu'minah yang terbina oleh Rasulullah saw dan menjadi cerminan wanita Islam yang paham fungsi dan perannya sebagai seorang perempuan. Mampu menjadi isteri mitra perjuangan suami, menjadi ibu pencetak generasi mumpuni, dan menjadi pribadi yang peduli urusan umat yang siap bersama laki-laki tinggikan kedaulatan syariat, gigih melakukan amar ma'ruf nahi munkar pada penguasa, bahkan rakus meraih pahala jihad fii sabiilillaah.
Tak kenalkah Khaulah, yang Khalifah Umar-pun (ra) memujinya saat perempuan mulia yang juga diberinya tanggungjawab sebagai qadhi hisbah itu, mematahkan argumentasi sang khalifah soal penetapan mahar yang dipandangnya menyalahi syariat? Dan hebatnya, Umar sama sekali tak marah sekalipun kritik itu dilakukan di hadapan umum. Bahkan Sang khalifah dengan tawadhu mengakui kekeliruannya di hadapan Khaulah yang "hanya" seorang perempuan, seraya mengatakan "wanita itu benar, dan Umar salah". Dialah Khaulah, seorang perempuan pembuat sejarah, karena pengaduannya pada Rasulullaah, langsung dijawab oleh Allah melalui ayat2Nya yang mulia..
Dan adapun Nusaibah binti Ka'ab, tak kenal pulakah dengannya?
Dialah satu di antara dua perempuan yang bersama 73 laki-laki Madinah menjadi pelaku sejarah pembaiatan baginda Rasul di Aqabah.Yang turut bersama laki2, berhari menapaki panas dan dingin padang pasir seraya menantang resiko perjuangan demi membela Islam dan Nabinya. Dia pulalah perempuan mulia dan cerdas yang dikenal menjadi penyambung lidah kaumnya, hingga Rasulullah saw pun tak segan memujinya dan mengakui kecerdasannya di sebuah majelis umum.
Dan adapun dalam kisah-kisah jihad, nama Nusaibah binti Ka'ab, tak mungkin bisa terhapus dari sejarah. Karena dia dan keluarganya dikenal sebagai salah satu pemburu syahadah. Bahkan perannya di perang Uhud membuatnya dikenal sebagai "perisai Rasulullah" karena kegigihannya menyelamatkan baginda Rasul disaat para sahabat yang lain lemah, Sampai-sampai Rasul saw sendiri menjadi saksinya dan bersabda dengan ucapan yang membuat para sahabat merasa malu, “Aku tidak menoleh ke kiri dan ke kanan kecuali melihat Ummu Imarah (Nusaibah) berperang dihadapanku.” Maka, tak heran.... kerakusannya pada syahid di jalan Allah, tak membuat puluhan luka yang diterimanya di Uhud menjadikannya berhenti memburu syahid, hingga Allah kabulkan, saat beliau turut berjuang di medan Yamamah, dengan bukti 12 tusukan di badan dan tangan yang putus sebelah.
Lantas akan disembunyikan dimanakah kisah-kisah mereka, dan begitu banyak kisah inspiratif para shahabiyat yang lainnya, hingga dengan penuh rasa heran hari ini kita pertanyakan peran Muslimah dalam menjaga masyarakat dari kerusakan dengan turut beramar ma'ruf nahi munkar? Bahkan sebagiannya dengan keji menuding kaum mu'minah yang berupaya taat menjalani seluruh peran dan fungsinya dengan tudingan "tak berakhlaq" ?
Mari kita baca Sirah dengan benar, agar kita tak mudah menyalahkan dan akhirnya menumpulkan peran strategis dan politis perempuan dalam perubahan, yakni membangun kembali kehidupan Islam, agar hukum Allah kembali berdaulat, menghancurkan kedaulatan rakyat [SNA].
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "REFLEKSI : MARI BACA SIRAH DENGAN BENAR, AGAR KITA BISA MENGHUKUMI DENGAN BENAR"
Posting Komentar